Kepemimpinan efektif yang selama ini telah dilakukan banyak CEO dan manager seluruh dunia, adalah yang berkaitan dengan motivasi, pengembangan potensi individu, dan pembentukan tim yang solid. Namun, itu saja tidak cukup. Kemampuan mengelola krisis, perubahan, dan melakukan pertumbuhan, menjadi tuntutan dominan dalam kepemimpinan. Kepemimpinan membutuhkan tidak saja ketrampilan, namun juga inspirasi, kearifan dan komitmen.
Semua orang saat ini mengidamkan kepemimpinan, membutuhkan figur kepemimpinan yang dapat diandalkan, dipercaya, dan dapat mengaktualisasikan perubahan-perubahan konstruktif. Kita membutuhkan kepemimpinan yang mampu mentransformasikan karakter organisasi, memberikan perubahan-perubahan strategis, sekaligus yang dapat meningkatkan potensi individu-individu yang dipimpinnya, efektif mengelola resources dan memiliki keinginan untuk aktif terlibat dalam proses inovasi dan pertumbuhan. Serta yang terpenting, memiliki semangat meraih pencapaian dan mengejar sukses tanpa terdominasi oleh materialism belaka.
Teori kepemimpinan kini telah berkembang dengan mengapresiasikan nilai-nilai kehidupan (values) dan kemanusiaan. Kepemimpinan tanpa menyertakan values adalah sebuah kepemimpinan yang digerakkan oleh ototarianisme belaka. Nilai-nilai inti kehidupan yang telah teruji berlangsung sepanjang zaman adalah Spiritualitas.
Spiritualitas, adalah tentang interaksi jiwa kita pada dunia sekitar. Respon yang memengaruhi perilaku kita di mana pun dan dalam kondisi apa pun. Spiritualitas bukanlah segalanya tentang agama. Spiritualitas adalah tentang mengabsorbsi intisari dari hubungan kita secara roh dan jiwa dengan Yang Suci, Yang Ilahi, Sumber Kebenaran, atau Yang Maha Kuasa yang kita percayai, dan bagaimana kita mengaplikasikannya secara universal kepada semua orang di sekitar kita.
Spiritualitas, membantu membangun karakter dalam diri. Termasuk dalam pola kepemimpinan yang kita jalankan. Kepemimpinan yang berbasis spiritualitas, bukan tentang kecerdasan dan keterampilan dalam memimpin belaka, namun juga menjunjung nilai-nilai kebenaran, kejujuran, integritas, kredibilitas, kebijaksanaan, belas kasih, yang membentuk akhlak dan moral diri sendiri dan orang lain. Spiritual Leadership adalah kepemimpinan yang mengedepankan moralitas, kepekaan (sensitivitas), keseimbangan jiwa, kekayaan batin dan etika dalam berinteraksi dengan orang lain.
Spiritualitas, membantu membangun karakter dalam diri. Termasuk dalam pola kepemimpinan yang kita jalankan. Kepemimpinan yang berbasis spiritualitas, bukan tentang kecerdasan dan keterampilan dalam memimpin belaka, namun juga menjunjung nilai-nilai kebenaran, kejujuran, integritas, kredibilitas, kebijaksanaan, belas kasih, yang membentuk akhlak dan moral diri sendiri dan orang lain. Spiritual Leadership adalah kepemimpinan yang mengedepankan moralitas, kepekaan (sensitivitas), keseimbangan jiwa, kekayaan batin dan etika dalam berinteraksi dengan orang lain.
Spiritualitas adalah bagaimana melakukan segala sesuatu dengan usaha terbaik dalam kesempurnaan batin sesuai dengan nilai-nilai kehidupan yang kita yakini.
Mengaplikasikan spiritualitas, adalah cara kita mencapai otoritas moral bahkan dalam situasi tersulit sekalipun. Spiritualitas membawa kita kepada pencarian jati diri lebih dalam. Mencari kebaikan dan potensi terbaik diri, menghargai dan memahami orang lain, menumbuhkan kedewasaan berpikir, waspada, bijaksana, membangun rasa belas kasih terhadap orang lain, dan membuat kita bersemangat dalam meningkatkan hubungan rohani dengan Allah SWT melalui kegiatan-kegiatan keagamaan yang lebih khusuk dan bermakna. Spiritualitas mengekspresikan cinta sesungguhnya dari Allah SWT, yang tak bersyarat, tidak takut, dan tidak mementingkan diri sendiri.
Nilai-nilai kehidupan berorientasi pada kejujuran, perilaku tanggungjawab, kedamaian batin, menghindari konflik, dan berakhlak mulia. Itu berpengaruh dalam pembentukan karakter individu dalam berinteraksi dengan orang lain, bahkan dalam melakukan pekerjaan apa pun. Seorang pekerja dapat melakukan pekerjaan terbaik bahkan ketika tidak ada seorang pun yang memerhatikannya.
Seorang profesional dapat dengan jujur mengakui kesalahan/keterlambatannya menyelesaikan tugas dengan tidak menyalahkan orang lain. Seorang eksekutif, dapat menemukan cara lebih baik dalam mengirimkan barang/jasa yang diproduksinya, tanpa menambahkan biaya kepada pelanggannya. Seorang sales, tidak memberikan janji berlebih atau harga lebih tinggi. Seorang manager, melihat bahwa tugasnya bukan sekadar menjadi bos, tetapi melayani orang lain.
Seorang petani yang sedang bekerja di ladangnya, ditanya oleh seorang pria yang kebetulan lewat dan berhenti persis di pinggir ladang tersebut. Ia mengagumi tanah subur yang dipenuhi dengan tanaman sayur hijau yang menakjubkan. Ia berkata, “Wah, ladang ini luar biasa! Bapak pasti telah bekerja keras mengupayakan semua ini. Seumur hidup belum pernah saya melihat tanaman sesubur ini. Pasti bapak sangat bangga memilikinya.”
Petani itu tersenyum dan menjawab, “Ah, tidak, saya hanya menanamkan benih ke dalam tanah ini.” Keheranan dengan jawaban petani itu, pria tadi berkata, “Ya, tetapi Bapak pasti melakukan usaha dan kerja keras yang luar biasa untuk mencapai hasil seperti ini.” Petani itu tersenyum dan menjawab,”Tentu saja, saya tidak sendirian, beberapa orang membantu saya mengerjakan tanahnya.”
Masih belum puas, pria itu kembali bertanya, “Lalu siapa yang membuat tanaman sayur ini tumbuh dan berkembang dengan indah seperti ini?” Dengan tenang petani menjawab, “Oh, itu bukan bagian kami! Semua keindahan ini adalah bagian-Nya.” Petani itu, dengan tenang menunjuk ke atas. Lanjutnya, “Ini adalah hasil kerjasama kami!”
Sebenarnya, petani itu memiliki kesempatan menerima pujian atas ladangnya. Namun, ia meyakini bahwa bagian yang ia kerjakan tidak sepenuhnya layak mendapatkan apresiasi. Ada orang-orang yang membantunya mengolah tanah, dan menyadari bahwa bagian terbesar tetap ada di tangan Allah SWT, yang memungkinkan semua jerih payahnya menghasilkan sesuatu yang luar biasa menakjubkan.
Memelihara hubungan dengan Allah SWT memungkinkannya melampaui semua yang tidak sanggup ia kerjakan sendirian. Ia tetap menjaga kerendahan hati, meski pujian atas kesempurnaan ditujukan kepadanya secara pribadi! Ia tidak sekadar melakukan apa yang ia sanggup kerjakan dengan tangannya sendiri, namun menambahkan nilai-nilai kehidupan (spiritualitas) dalam usaha yang dilakukannya.
Keberhasilan, apa pun bentuknya, tidak bisa diraih sendirian, dan dengan usaha kita sendiri. Menjalin hubungan dengan orang lain dan yang terutama kesediaan kita bekerja sama dengan Allah SWT adalah dasar utama dalam mengelola anugerah yang dipercayakanNya kepada kita. Mengandalkan kemampuan, pengalaman dan kekuatan kita saja, tidak cukup. Kita perlu segera menyadari bahwa nilai-nilai spiritual yang kita miliki dapat mengarahkan kita mencapai kualitas hidup yang jauh lebih indah dari yang pernah kita pikirkan! Atas apa pun tujuan yang hendak kita capai.
------
TIPS
Bagaimana dengan Spiritualitas Anda?
- Eksplorasi lebih dalam hubungan pribadi Anda dengan Allah SWT
- Nilai-nilai kehidupan (spiritualitas) apa saja yang dapat Anda temukan dari hubungan pribadi dengan Allah SWT?
- Telusuri dan koreksi bagaimana Anda bertindak selama ini?
* Personal Development CFRD Ask Away: christyfald@gmail.com atau 021 33258838. Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Nebula (ESQ Magazine) edisi cetak No. 05 Tahun III/2007
0 komentar:
Posting Komentar