Home » » Proteksi Ical Hilang Bila Sri Mulyani Tetap Menkeu

Proteksi Ical Hilang Bila Sri Mulyani Tetap Menkeu

Berbicara mengenai Politik memang tidak ada habis-habisnya.  Tapi dibawah ini saya menemukan artikel yang menarik dari pandangan Bung Wimar Witoelar mengenai Kasus Up to date sekarang ini yaitu Bank Century, check it out :




Kiprah Ketua Umum DPP Golkar, Aburizal Bakrie (Ical), belakangan mengundang banyak sorotan. Bukan hanya lantaran kasus pengemplangan pajak yang nilainya mencapai Rp 2,1 triliun, bahkan berpotensi lebih besar, tetapi karena gaya politiknya yang kontroversial. Yang mengejutkan adalah sikapnya yang sedemikian frontal terhadap pemerintah dalam Pansus Angket Century DPR-RI. Apa sebenarnya yang hendak diraih Ical? Benarkah dia ingin menghabisi Menkeu Sri Mulyani Indrawati?

Mantan Juru Bicara Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Wimar Witoelar menceritakan panjang lebar tentang kiprah politik dan bisnis Ical. Bahkan, pakar komunikasi ini mengaku cukup mengenal dekat Ical sejak usia muda. Untuk mengorek pandangan tokoh pendukung Menkeu Sri Mulyani ini terhadap Ical, wartawan Mimbar Politik, Petrus Dabu, bersama fotografer Denny MT mewawancarainya di sebuah tempat di Mal Pondok Indah, Jakarta, Sabtu (20/2). Berikut petikan wawancara selengkapnya.


Kalau kita cermati sepanjang sejarah perjalanannya, Golkar di bawah kepemimpinan Aburizal Bakrie saat ini sangat berbeda. Terutama dalam Pansus Century, Golkar yang merupakan anggota koalisi justru lebih garang dari oposisi. Mengapa ini terjadi?
Ya, kita harus lihat Golkar itu kumpulan bermacam-macam orang. Sekarang orang yang berkuasa di Golkar itu orangnya Aburizal Bakrie. Jadi yang dijaga itu sebetulnya bukan kepentingan Golkar, tetapi kepentingan Aburizal Bakrie. Orang Golkar sejati yang dari dulu di situ tidak punya sikap sekeras Golkar di pansus, misalnya. Sikap Golkar di pansus itu sikap Aburizal Bakrie.

Kalau Anda tanya orang Golkar sejati yang tidak masuk dalam elit Golkar sekarang akan kelihatan bedanya. Karena itu muncul nasional demokrat segala, dimana banyak orang Golkar yang terlempar. Orang Golkar sejati itu tidak mendapat tempat di DPP sekarang, karena ini sepenuhnya dikuasi oleh uang. Uangnya kan sangat besar. Dari yang dihemat dari pajak saja sudah Rp10 triliun. Belum yang dihemat dari penderitaan rakyat Lapindo. Jadi dia punya Rp34 triliun untuk kas perjuangan. Nah, kalau sudah begitu, orang tidak punya pengertian partai, apalagi pengertian strategi. Sekarang ini Golkar itu kita lihat nyata sekali mengadakan pansus atau mendukung pansus bukan untuk suatu ideologi atau reformasi, tetapi untuk memberhentikan Sri Mulyani, terutama.

Apa alasan Anda mengatakan itu?

Iya. Karena Sri Mulyani itu sangat berbahaya bagi kelangsungan bisnis dan politik Aburizal Bakrie. Karena kalau bisnis Aburizal berhenti, politiknya juga berhenti. Saya tidak mengatakan uangnya habis, karena nggak akan habis. Karena uang Aburizal itu sudah diamankan dengan profesional melalui investment fund di luar negeri. Yang ada di sini hanya uang untuk bermain politik. Tapi kalau bisnis yang berkelanjutan itu berhenti, dia akan menjadi lemah di Golkar, bisa diganti. Saham Bumi (PT Bumi Resources) juga akan jatuh di bursa. Orang akan meninggalkan perusahaannya, mungkin dari beberapa puluh ribu hanya beberapa yang sangat loyal. Sebab, dia nggak akan bisa bayar gaji. Nggak mungkin dia bayar gaji dari dana pribadi. Kalau Bumi jatuh dia nggak rugi, karena ketika dulu Bumi hampir jatuh, dia sudah diam-diam menyelamatkan uangnya. Seperti yang dituduhkan ke Bank Century tidak terbukti. Jadi tidak usah menganalisa perilaku Partai Golkar sekarang berdasarkan pengalaman Golkar di masa lalu. Dari dulu juga Golkar jaga kepentingan. Dulu kepentingan Soeharto. Hanya dalam zaman Akbar Tandjung barangkali yang mencoba menjadi partai yang institusional. Harus saya puji Akbar Tandjung karena dia mencoba menjalankan Golkar sebagai partai yang tetap saya tidak dukung. Saya kan tahun 1998 sudah minta Golkar dibubarkan. Tapi apalah artinya permintaan saya.

Tapi faktanya Golkar memang masih cukup besar?

Tapi kalau toh harus hidup, model Golkar Akbar Tandjung-lah yang bagus. Sayang, dia terjebak oleh Buloggate yang menurut saya juga bukan korupsi pribadi. Itu adalah mengumpulkan uang untuk partai. Lain dengan Aburizal Bakrie, uangnya sudah banyak sehingga dia tidak perlu mengumpulkan uang dari partai. Partai buat dia adalah pos pengeluaran untuk bayar demonstran, untuk bayar pendukung, bahkan penembak-penembak twitter.

Aburizal Bakrie itu bukan politisi. Dia itu pedagang yang ingin melanjutkan usahanya. Paling nggak mempertahankannya. Dan pedagang yang tidak bisa hidup dalam iklim reformasi. Dia hanya hidup dalam proteksi Soeharto kemudian proteksi Megawati, barangkali ya. Kemudian proteksi SBY selama lima tahun. Tapi ketika SBY menghentikan proteksi itu, dia seperti penyelam kehilangan tabung oksigen. Karena dia merasa tabung oksigennya diputus oleh Sri Mulyani. Padahal, tidak benar. Sri Mulyani hanya menjalankan pekerjaan secara normal saja sebagai profesional. Tapi dulu (Sri Mulyani) tidak bisa jalan karena Aburizal melempar berbagai tameng proteksi melalui Jusuf Kalla dan SBY. Sekarang SBY sudah di jalan yang baik.

Jadi Ical membeli Golkar untuk digunakan sebagai tameng?

Anda silakan pakai kata-kata sendiri. Saya tidak bisa dipancing untuk menggunakan kata Anda. Tapi saya sudah jelaskan bagaimana Ical di Golkar menjadi ketua umum, karena dengan membiayai seluruh kampanyenya dari kantong sendiri dan menahan dana dari orang yang melawan dia.

Seberapa efektif Ical bisa menjatuhkan Sri Mulyani?

Sebagai wartawan, Andalah yang bisa menganalisa, sebagai orang yang mengamati secara dekat politik Indonesia. Kita belum bisa menilai hasilnya karena drama ini belum berakhir. Tapi kita lihat bahwa di minggu-minggu terakhir, perasaan publik begitu agak muak dengan propaganda anti Sri Mulyani diembuskan melalui TVOne, melalui Golkar, melalui anggota pansus. Jadi, semahal-mahalnya media itu dibeli, publik itu akan menemukan jalannya. Barangkali media Anda ini yang tersedia untuk memberikan suara yang jernih, karena belum dibeli oleh Bakrie. Kalau sudah dibeli juga wawancara semacam ini juga nggak akan dimuat. Dan selama peraturan undang-undangnya begini, itu tidak salah. Seperti Arsenal kemarin kalah lawan Porto, padahal bola yang dicuri terus masuk, ya itu sah karena tidak melanggar peraturan. Jadi, Aburizal Bakrie itu tidak melanggar peraturan politik. Hanya menjalankannya tidak sesuai dengan yang diinginkan orang semacam saya. Saya tidak tahu berapa banyak orang semacam saya. Tapi kalau Anda baca di twitter, di facebook, di blog saya dan dalam pergaulan sehari-hari, saya itu punya banyak teman. Saya tidak tahu apakah Aburizal Bakrie punya teman sebanyak ini, andai kata tidak punya uang. Saya ini tidak punya uang.

Ada yang agak janggal, Ical sudah banyak masalah tetapi kok malah frontal dengan kekuasaan?

Itu juga saya tidak tahu. Tapi saya kenal Aburizal Bakrie sejak mahasiswa tingkat satu tahun 1964. Jadi, dia itu sekali lagi adalah businessman dengan insting bisnis dan bangga bahwa instingnya itu bisa. Saya itu bukan politikus, disebut oleh orang sebagai politikus. Tapi saya merasakan kejadian itu dari sudut pandang orang biasa. Jadi, saya punya banyak dimensi. Kadang-kadang orang biasa bisnis ingin untung, kadang-kadang ikut kampanye politik dan ingin menang. Kadang-kadang juga nonton bola, dengar musik. Bagi saya politik itu bukan sentral. Paling-paling 20% dari portfolio perhatian saya. Bagi Aburizal Bakrie bisnis adalah segalanya. Barangkali 90%, dan 10% untuk keluarga, untuk kesehatan. Politik pun tidak. Jadi, dia juga menjalankan peran politiknya tidak untuk jangka panjang.

Sebagai menko kesra (di KIB I), sebetulnya dia bisa banyak berbuat. Karena bukan hanya hal yang jelas seperti gempa bumi, tapi Lapindo itu kasus menko kesra. Bagi saya, kriminalisasi Lapindo bukan soal PT Lapindo Berantas atau Aburizal Bakrie, tapi menko kesra. Waktu saya menyerang, menunjukkan ketidakpeduliannya terhadap masalah rakyat, saya itu diserang satu halaman oleh Lalu Mara Satriawangsa, humas menko kesra. Jadi, saya heran, saya mengajukan penderitaan rakyat, saya diserang oleh humas menko kesra dengan mengatakan Aburizal Bakrie jauh lebih nasionalis dari Wimar Witoelar. Karena pegawai dia 50.000 pegawai, sedangkan saya hanya ada 20 orang. Kalau nasionalis diukur dari jumlah pegawai, VOC nasionalis juga. Nggak bisa dong. Justru pegawai itu dibayar dari uang keringat rakyat yang pajaknya nggak dibayar.

Jadi rasional Aburizal Bakrie itu susah kita mengerti, kalau kita bayangkan dia sebagai Ketua Umum Golkar. Kalau kita bayangkan dia sebagai pengusaha sangat bisa dimengerti, karena semua proteksi untuk dia akan hilang kalau Sri Mulyani terus (jadi Menteri Keuangan). Jadi bagaimana pun dia habis-habisan. Saya bukan orang fanatik Sri Mulyani walaupun saya kagum dan hormati dia. Tapi kalau ada menteri keuangan lain yang bisa mengerjakan pekerjaan dia, ganti saja sekarang. Tidak ada di Indonesia. Bersih, pandai, dihormati di dunia internasional, tegas, dan commited. Yang lain belum tentu komitmennya bertahan.

Jadi Anda yakin dengan isu bahwa target utama Ical itu Sri Mulyani?
Oh iya. Sri Mulyani dan supaya SBY kembali ke pangkuan dia. Untung SBY ini sekarang sudah sangat lebih baik dari yang lalu. Dia tahu didukung rakyat. Ada 61%. Saingannya Jusuf Kalla cuma 11%, Megawati berapa. Jadi SBY sih tahu, tapi dia masih merasa ingin kerjasama dengan partai. Jadi, dia ajak partai yang baik-baik ingin berkoalisi. Kalau partai-partai yang berkoalisi menjadi lawan ya dengan mudah dia singkirkan. Belum tentu dia harus singkirkan menteri dari Golkar. MS Hidayat, Agung Laksono, dan Fadel Muhammad tidak perlu khawatir, kecuali kalau mereka itu adalah pelindung pribadi Aburizal Bakrie. Kalau mereka itu mengawal Golkar, nggak apa-apa. Justru Golkar itu perlu perubahan. Siapa tahu kalau begini terus, Golkar yang sejati akan mulai kelihatan, dan bisa menggantikan Aburizal Bakrie sebagai ketua umum.

Artinya, upaya Ical menjatuhkan Sri Mulyani melalui pansus tidak efektif?

Iya. Itu Anda bisa lihat dengan kepala jernih. Itu kalau kita main bola, dengan kesebelasan yang pemainnya dibeli, seperti MU, Chelsea, terus sampai sepuluh menit sebelum berakhir masih nol-nol. Dan pemain itu, kalau tidak menang tidak dapat bonus bahkan dijual ke club lain, maka mereka akan panik. Jadi serangannya makin lama makin tidak beraturan. Tembak dari jauh, kartu kuning, kartu merah, dan mata gelap. Jadi memang tidak rasional.

Tanggal kita bicara sekarang ini, 20 Februari, ini adalah 10 menit sebelum usai, masih nol-nol. Dan ada bahaya counter attack (serangan balik) dari orang-orang baik itu dengan kemungkinan menyorot Hadi Purnomo (Ketua BPK), Aburizal Bakrie sendiri, Bambang Soesatyo, dan semua orang yang sejarahnya itu tidak menyenangkan, Setiya Novanto. Padahal, di Golkar itu banyak orang baik. Saya kenal. Banyak sekali. Singkatnya, mereka sudah tidak berpikir strategis. Karena biasa main uang. Jadi seperti orang main kartu, main poker, dia coba dibius dengan uang lebih besar, lebih besar, mengharapkan orang kabur.

Mengapa harus Sri Mulyani yang dijadikan target?

Saya sudah katakan tadi. Saya tidak tahu apa itu motifnya Aburizal. Tapi kenyataannya dia (Ical) itu pribadi yang bermasalah dan orang bisnis yang tidak subur dalam suasana pemerintahan bersih. Ical sering dikabarkan berjasa membantu SBY saat Pilpres. Begitu pun SBY kabarnya berjasa di balik terpilihnya Ical dalam Munas Golkar lalu. Ini yang barangkali melahirkan rumor adanya deal Ical dan SBY untuk menyingkirkan Sri Mulyani? Dia (Ical) punya jasa terhadap SBY. Tapi itu bukan jasa terhadap negara. SBY, mudah-mudahan tahu dia tidak usah berutang budi pada Aburizal Bakrie, cukup berperikemanusiaan. Dan mengkoreksi kesalahannya dan berbuat baik kepada negara, kepada rakyat dengan tidak menunjuk menkeu yang punya ’conflic of interest’. Dengan tidak menunjuk wakil presiden yang mempunyai praktik bisnis yang kurang baik. Jadi SBY itu mau semua orang mulai sekarang berbuat baik saja, dia teruskan Sri Mulyani karena dia tidak bisa mendapatkan menteri keuangan yang lebih efektif. Aburizal Bakrie pun tidak dikejar-kejar. Dia sangat bisa menyelamatkan diri. Dia bisa memperbaiki dirinya di mata masyarakat dengan resources yang dia punya. Karena dia punya uang banyak. Dia punya fasilitas, punya koneksi. Tapi tidak dia gunakan.

Tadi Anda menyebut Hadi Purnomo. Kalau kita lihat, gerakan pansus hingga kemudian menyebut keterlibatan Sri Mulyani tak lepas dari hasil audit BPK yang disertai dengan legal opinion?

Betul. Hadi Purnomo juga kan orang yang berkepentingan untuk merehabilitasi kekuatannya. Kalau pun nama baiknya tidak bisa direhabilitasi, tapi kekuatannya mungkin bisa. Karena dia diberhentikan tidak kehendak dia, oleh Sri Mulyani. Karena memang sudah terlalu lama dia dikenal sebagai orang yang banyak mengumpulkan uang politik.

Hadi Purnomo itu tentu mempunyai motivasi sangat kuat untuk merehabilitasikan kekuasaannya. Belum tentu orang seperti itu terlalu berminat merehabilitasi nama baiknya. Mungkin dia berpikir itu sih urusan lain. Jadi memang sejak dia diberhentikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, di luar jadwalnya sendiri, dia memang tidak ingin berhenti. Karena uang banyak. Keahlian dia itu adalah keuangan. Maka posisi BPK itu bisa diraih, karena posisi BPK ditentukan oleh DPR. Dan semua tahu DPR itu bisa terpengaruh oleh uang. Maka jadilah dia Ketua BPK.

Apa hubungan Hadi dengan Ical?

Tentu saya tidak menuduh ada koordinasi dengan Aburizal Bakrie. Tetapi persis pada saat itu dia sangat berguna sebagai alat di pansus. Jadi, bahwa laporan BPK keluar itu sangat menguntungkan. Benar tidaknya, banyak orang sudah tahu, dan mereka juga tidak yakin. Saya yakin nggak benar, karena dia yang bikin. Tapi dia (Hadi) pikir akan selesai sebelum ketahuan.

Tapi ternyata ini panjang. Seperti saya katakan, club yang pemainnya sangat mahal ini, 10 menit sebelum selesai belum bisa menghasilkan gol. Bahkan, lawan itu ada tanda-tanda bisa melakukan counter attack. Jadi sekarang mereka habis-habisan. Hadi Purnomo sudah tidak terlalu berguna lagi, karena laporan BPK-nya sudah keluar. Masa keluarin lagi laporan BPK. Tinggal menunggu apakah counter attack itu akan menuju ke dia atau tidak. Saya tidak pernah menginginkan nasib buruk kepada siapa pun. Menurut saya sih lebih baik permainan ini dihentikan sebelum ada korban lebih jauh. Kalau saya jadi wasit sih, saya akan hentikan karena penonton resah dan banyak preman yang masuk ke lapangan.

Terkait serangan balik. Bukankah Setya Novanto itu orangnya Agung Laksono di Kosgoro. Tapi kenapa dia justru ikut kena serangan balik?

Semua itu adalah orangnya ”Sudirman” (uang) yang ada di dompet Anda. Sebetulnya bukan hanya mereka tapi semua orang. Tapi mereka itu di-catalize, difasilitasi oleh seseorang yang bisa menjanjikan kebahagiaan sepanjang masa dengan ”Sudirman (uang). Kalau Akbar Tandjung, dia itu tidak punya uang, tapi ahli rekayasa. Kalau Aburizal Bakrie, punya uang, berusaha manipulasi. Kita lihat pola politik mana yang menang. Dua-duanya sah di dalam perundang-undangan sekarang. Orang mau buang uang 10 triliun di pansus ya silakan aja. Itu punya efek multiplier juga kepada tukang gado-gado di luar gedung DPR kan. Semuanya sah. Saya tidak marah. Hanya sedih kalau orang itu terkelabui oleh pers berat sebelah. Saya sangat senang pada Anda. Kalau pun Anda ditangkap, disomasi dan segalanya, saya tetap senang.

Bila dibandingkan dengan Golkar sebelumnya, apa perbedaan prinsip kepemimpinan Ical?

Bedanya ada dua. Pertama, Aburizal pribadi yang mempunyai masalah dengan good governance, dengan pemerintahan bersih. Kedua, dia punya banyak uang. Kalau Akbar Tandjung atau Wahono atau yang dulu-dulu itu, mereka tidak punya masalah dengan good governance. Barangkali kurang rajin memperjuangkannya. Atau kurang efektif. Tapi tidak melawan good governance. Rahmat Witoelar, Sarwono, Marzuki Darusman, penginnya sih baik-baik. Mereka tidak punya uang. Kalau mau maju itu harus terampil politik. Jangan asal nembak di pansus, di twitter. Dan mereka semua orang baik kalau keluar dari politik. Saya yakin mereka itu akan baik. Karena banyak uang kan untuk membiayai panti asuhan. Aburizal Bakrie kan waktu di kabinet dia bilang dia akan tidak masuk pemerintah lagi, karena dia kan konsentrasi pada amal. Rupanya amalnya kepada Golkar gitu ya. Jadi menyejahterakan beberapa orang di Golkar.

Pada awal, saya katakan, Golkar sejati itu beda dengan Golkar Aburizal Bakrie. Orang yang Golkar sejati, apa baik atau buruk, pokoknya orang yang hidupnya di Golkar itu sudah 30 tahun di situ, melakukan hal-hal yang kita tidak suka, tapi juga tidak melakukan hal-hal yang terlalu ekstrim. Kita nggak suka misalnya menyebarkan gosip politik, manipulasi, mengadu-domba dengan kata-kata. Itu dilakukan. Tapi dulu adu domba tidak dengan membayar media. Mereka menyediakan bahan bagi demonstrasi, tapi tidak menyediakan poster dan nasi bungkus. Golkar sejati itu lain caranya. Tapi mereka itu kalah total. Golkar sejati (sekarang) tidak punya peran. Kecuali kalau Golkar uang ini tidak berhasil, maka mereka akan muncul. Akbar Tandjung, Agung Laksono, Hidayat, Syamsul Muarif. Yang gitu-gitu masuk Golkar sejati. Jangan dipikir Golkar sejati yang suci-suci, bukan begitu. Tapi yang genuine. Yang benar-benar orang politik. Mereka punya uang, tapi tidak menggunakan uangnya untuk politik, bahkan mereka ambil uang dari politik untuk dirinya. Kalau Aburizal sih malah meng-invest dalam politik.

Bukankah Ical naik juga berkat jasa para Golkar sejati?

Karena waktu itu ada yang lebih tidak sejati, yaitu Jusuf Kalla. Gerakan Akbar Tandjung dan yang lain-lain itu waktu itu sebetulnya untuk melawan Jusuf Kalla.

Apakah sekarang mereka tidak lagi membantu Ical?

Membantu selama dia menang. Kalau Golkar sejati itu membantu yang menang dan meninggalkannya kalau kalah. Itu Golkar sejati. Makanya, belum tentu menteri-menteri Golkar akan keluar. Karena kalau dibaikin, teman-temannya akan membantu memperbaiki DPP Golkar. Lebih penting Golkarnya direvisi daripada menterinya diganti. Agung Laksono, MS Hidayat nggak jelek-jelek amatlah menjadi menteri, karena sudah biasa jadi pejabat. Jadi tidak penting reshuffle kabinet dari segi Golkar. Yang penting adalah reshuffle Golkar.

(MIMBAR POLITIK, Edisi 40, 26 Februari - 04 Maret 2010)



"Konspirasi memang sejak dulu selalu ada disekitar kita, bahkan mungkin sekarang sedang berlangsung disekitar anda tanpa anda sadari ternyata anda bagian ataupun korban dari konspirasi tersebut."

sumber : kaskus.us

0 komentar:

Posting Komentar


Paket Wisata Bandung Murah

Paket Wisata Bandung Murah
Paket Wisata Bandung Murah