artikel ini terdapat di http://egg-animation.blogspot.com
sebelumnya kita lihat dulu berita dari Kompas di bawah ini :
Kompas.com - Manjur tidaknya sebuah obat yang diminum ternyata ikut dipengaruhi oleh kekuatan pikiran. Jika kita yakin obat tertentu tidak berkhasiat mengatasi penyakit, maka hal itu bisa menjadi kenyataan. Sebaliknya, khasiat suatu obat bisa ditingkatkan jika kita bisa memanipulasi pikiran.
Riset yang dipublikasikan dalam jurnal Science Translational Medicine membuktikan hal tersebut. Penelitian dilakukan terhadap 22 pasien sehat yang diberi rangsang nyeri berupa alat pemanas yang ditempel ke kulit kaki. Dalam skala 1-100, rata-rata pasien menilai nyeri tersebut memiliki skor 66.
Kemudian para pasien diberi obat pereda nyeri yang cukup kuat, yakni remifentanil, yang disuntikkan ke dalam pembuluh darah. Namun para pasien tidak diberitahu jenis obatnya dan mereka menilai skor nyeri berkurang menjadi 55 setelah mendapatkan injeksi. Kemudian setelah diberi tahu yang disuntikkan adalah pereda sakit, skor nyeri kembali turun menjadi 39.
Selanjutnya, tanpa mengubah dosis, para peneliti memberitahu bahwa obatnya dihentikan. Serta merta skor nyeri mereka naik menjadi 64.
Dengan kata lain, meski pasien diberi obat remifentanil mereka tetap merasakan nyeri seperti halnya jika tidak diberi obat sama sekali.
"Obat pereda nyeri yang kami berikan padahal termasuk obat analgesik paling baik tapi efeknya bisa berkurang atau bisa dibilang dihilangkan karena pengaruh pikiran," kata profesor Irene Tracey dari Universitas Oxford yang melakukan riset ini.
Sugesti yang positif ternyata memengaruhi aktivitas otak di bagian yang berbeda dengan aktivitas yang berasal dari sugesti negatif. Hasil penelitian ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai keakuratan studi klinis dalam menentukan efektivitas obat.
Para peneliti juga menyarankan pasien penyakit kronik yang sudah bertahun-tahun mengonsumsi obat untuk membuang sugesti-sugesti negatif demi kesembuhannya.
Jika melihat dari artikel diatas, saya pribadi sebagai orang awam yang pernah merasakan sakit pasti berpendapat sama. Bahwa yang mempengaruhi kelancaran proses pengobatan yaitu Sugesti dari diri kita sendiri. Coba kita bayangkan misalnya dalam hal pemilihan dokter. Tentu kita punya dokter-dokter pilihan yang akan kita kunjungi disaat kita sakit. Sebagai ilustrasi ada dokter A dan dokter B (sesuai pengalaman). Saya biasa berobat ke dokter A, tetapi ketika ke tempat prakteknya dokter A tidak ada di tempat dan digantikan dokter B (orang baru). tetapi yang terjadi adalah penyakit yang saya derita lama dan tidak kunjung sembuh, sehingga saya harus kembali ke dokter lainnya. Padahal resep yang diberikan oleh dokter A dan dokter B adalah obat yang sama !!..
Disitulah sugesti berperan amat sangat besar. Penolakan dan penafsiran otak kita membuat obat yang diberi dokter B tidak lantas membuat kita sembuh dengan cepat, karena pada pemikiran awal otak kita sudah tersugesti bahwa dokter terbaik dan favorit adalah dokter A. Apapun obat yang diberi dokter A, pasti manjur karena beliau dokter yang ahli. penafsiran itu yang selalu ada di otak kita. Ketika kita berkunjung ke dokter lain, penafsiran kita akan skeptis dan berkesan negatif sehingga terjadi penolakan dari mekanisme kerja otak kita yang pada akhirnya menolak keberadaan dokter itu dan obat yang diberikan.
Ya mungkin itu pengalaman saya pribadi, dan saya yakin teman-teman pernah mengalami pengalaman yang sama...
tapi kalau dokterny ini pasti sugestinya positif semua, terutama kaum adam..hahah
0 komentar:
Posting Komentar