Tahun lalu WHO mengumumkan bahwa dunia dilanda pandemic influenza. Dr. Margaret Chan, direktur umum WHO, yang memberikan pengumuman tersebut.
Pengumuman ini memicu kepanikan masyarakat untuk membeli vaksin flu dan obat anti virus dalam skala besar seperti oseltamivir (Tamiflu) dan zanamivir (relenza). Menurut investasi bank J.P. Morgan, perusahaan farmasi telah mengeruk keuntungan besar dari kepanikan ini, mencapai nilai sebesar 7 miliar dollar dari penjualan vaksin saja.
Pada kenyataannya pandemi berubah menjadi tak berarti. Perkiraan kasus dan korban menjadi terlalu dibesar-besarkan. Rupanya banyak negara saat ini gudangnya telah dipenuhi vaksin dan obat-obatan tersebut, sehingga mereka berusaha mengosongkan kembali dengan mengembalikannya kepada perusahaan atau negara produsen obat.
Tentu saja, semua reaksi berlebihan dan biaya yang tidak perlu mungkin tidak akan ada akibat rekomendasi WHO dan penasehatnya yang menyesatkan dan terlampau berhati-hati. Namun bagaimanapun juga terdapat laporan yang menduga kebijakan WHO yang berat sebelah ini, setidaknya sebagian pengaruh dari industri farmasi.
WHO sebelumnya telah menyangkal tuduhan “teori konspirasi”. Bisa jadi teori konspirasi hanya sekedar teori, tetapi terkadang mereka dapat berubah menjadi benar.
Masalah ini telah menjadi tampilan utama pada British Medical Journal (BMJ) dalam laporan dan lampiran editorial yang menyoroti isu ini. Laporan itu sendiri sangat rinci, namun di bawah ini cuplikan sebuah paragraph yang dengan rapi meringkas isu tersebut:
“Sebuah penyelidikan bersama oleh BMJ dan Biro Investigasi Jurnalisme telah menemukan bukti bahwa timbulnya tanda tanya tentang bagaimana WHO mengelola konflik kepentingan di antara ilmuwan yang menyarankan rencana pandemi, dan tentang transparansi yang mendasari nasihat ilmuwan kepada pemerintah. Apakah sesuai bagi WHO menerima saran dari para ahli yang telah didukung keuangan dan penelitiannya dengan perusahaan farmasi yang memproduksi vaksin anti-virus dan influenza?
“Mengapa kunci arahan WHO ditulis oleh ahli influenza yang telah menerima bayaran bagi pekerjaan lain dari Roche (produsen oseltamivir) dan GlaxoSmithKline (produsen zanamivir)? Dan mengapa komposisi komite darurat yang menjadi penasehat Chan tetap menjadi rahasia yang hanya diketahui oleh orang-orang dalam WHO?
“Kami bertanya-tanya apakah organisasi-organisasi utama kesehatan masyarakat mampu secara efektif mengelola konflik kepentingan yang melekat dalam ilmu kedokteran.”
Saat memberikan kuliah, saya sadar bahwa saya sering mengatakan hal-hal yang bertentangan dengan kebijaksanaan yang dirasakan. Setelah disajikan dengan fakta-fakta ilmiah, beberapa orang merasa sangat marah bahwa mereka mungkin telah disesatkan dengan cara yang mungkin membahayakan kesehatan mereka, misalnya, mengonsumsi margarine lebih baik daripada mentega atau mengonsumsi diet rendah lemak, tinggi karbohidrat.
Apakah ini berarti kita harus menolak apa yang dikatakan pemerintah dan badan-badan kesehatan kepada kita? Tidak. Tapi ketika saran tersebut tidak sesuai dengan fakta, perlu dicamkan dalam benak bahwa industri memiliki kapasitas untuk memberikan pengaruh pada tingkat tertinggi. Hal ini juga menampakan memiliki kapasitas untuk menempatkan keuntungan diatas kesehatan publik.
Title: BMJ Ungkap Kecurangan WHO
Posted by:
Published :2010-06-19T10:49:00-07:00
BMJ Ungkap Kecurangan WHO
Posted by:
Published :2010-06-19T10:49:00-07:00
BMJ Ungkap Kecurangan WHO